Pada prinsipnya, membangun manusia adalah hal yang sangat penting dan lebih penting dalam pembangunan Kota Salatiga. Karena itu, Walikota Salatiga, Yuliyanto, SE, MM bersama Wakil Walikota, Muh Haris, SS, M.Si, membidik tiga prioritas pembangunan manusia dalam masa kepemimpinan masa bakti Tahun 2011-2016. Dilanjutkan kemudian membangun infrastruktur dengan menata wajah Kota Salatiga pada masa bakti Tahun 2017-2022. Tiga prioritas membangun manusia yang dimaksud adalah pendidikan, kesehatan dan ekonomi kerakyatan atau UMKM.
“Jika masyarakatnya sudah pintar, ekonomi dan kesehatannya baik, maka mereka tidak akan mudah terprovokasi. Prinsipnya, kita bangun manusianya lebih dulu, baru kemudian mengarah ke infrastruktur menata wajah Kota Salatiga,” tandasYuliyanto, saat memberikan Wawasan Kebangsaan terhadap 56 orang peserta Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Dalam Jabatan, di Pendopo Rumah Dinas Walikota, Jl Diponegoro 1 Salatiga, Jumat (22/03) malam.
Dengan jumlah penduduk di Kota Salatiga yang saat ini mencapai sekitar 193 ribu jiwa, berarti ada peningkatan sebanyak 60 ribu orang dalam kurun waktu 5 hingga 6 tahun terakhir. Angka tambahan sebesar itu berasal dari para pendatang yang sekolah maupun bekerja di Kota Salatiga, yang merasa nyaman kemudian memutuskan menetap. Tercatat, terdapat 33 etnis, 30 ribu mahasiswa serta 300 warga asing yang berada di Kota Salatiga. Meskipun penduduknya kecil jika dibanding daerah lain, tapi banyak kontribusi dari stakeholder yang berperan strategis dalam membangun Kota Salatiga sehingga nyaman untuk ditinggali.
“Saya sebagai putra daerah Salatiga, ingin membangun dan ninggali hal yang baik untuk warga Salatiga. Pada tahun pertama, saya bersama Wawali fokus pada pembangunan manusia. Bagaimana pendidikan, kesehatan dan ekonomi kerakyatannya kita dorong secara penuh. Khusus untuk bidang pendidikan, amanah undang-undang adalah 20% anggaran pendapatan. Tapi di Salatiga, kita kucurkan hampir 40%, karena pendidikan memiliki pengaruh yang sangat strategis, sehingga masyarakatnya cerdas dan berakal sehat. Dan periode kedua ini, fokus kami adalah menata wajah kota,” terang Yuliyanto.
Yuliyanto menandaskan, turunnya angka kemiskinan dari 10 persen menjadi 4,8 persen pada tahun 2018, dimana angka ini merupakan angka terendah kedua di Provinsi Jawa Tengah, serta tingginya indeks pembangunan manusia yang mencapai 81,68 persen, yang merupakan angka tertinggi kedua di Provinsi Jawa Tengah, tak lepas dari pengaruh tiga prioritas pembangunan manusia sebagaimana visi dan misi Kota Salatiga Hati Beriman yang SMART (Sejahtera, Mandiri dan Bermartabat).
Menurut Yuliyanto, Wawasan Kebangsaan tidak bisa hanya dengan teori di kepala, tapi harus tertanam dalam hati, pikiran dan jiwa. Jika Wawasan Kebangsaan itu sudah tertanam, maka seseorang tidak akan goyah oleh pengaruh negatif apapun, dengan catatan unsur membangun manusia juga sudah terpenuhi. Salah satunya adalah, melalui Program Guyub RW yang sudah sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan. “Targetnya, sampai akhir masa jabatan saya, angka kemiskinan Kota Salatiga dapat turun hingga 3 persen,” tegasnya.
Lebih jauh, Walikota memaparkan tingginya toleransi yang sudah terbangun di Kota Salatiga, sehingga Kota Salatiga telah berhasil meraih predikat sebagai Kota Tertoleran se-Indonesia selama tiga kali berturut-turut. Tak hanya itu, Salatiga juga meraih predikat sebagai Kota Cerdas kedua se-Indonesia, Kota Indonesia Mini, Kota Budaya dan Kota Olahraga. Hal tersebut disampaikan kepada peserta PPG yang pada malam itu sekaligus berpamitan untuk kembali ke Kalimantan.
Dijelaskan Karjan, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga, kedatangan para peserta ke Rumah Dinas Walikota Salatiga adalah untuk bersilaturahmi sekaligus untuk belajar tentang Wawasan Kebangsaan. Mereka menjalani pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan di IAIN Salatiga sejak 20 Desember 2018 hingga 23 Maret 2019 untuk memperoleh sertifikasi di daerah asal mereka, yakni dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara dan Kaliantan Timur.
Peserta PPG, Kanari dari Kabupaten Barito Kalimantan Tengah menuturkan, selama di IAIN Salatiga dirinya betul-betul digodog menjadi guru yang profesional dalam mengenali dan mengarahkan bakat minat siswa. “Di K13, tidak cuma menilai pengetahuan anak saja tapi juga sikap dan ketrampilannya. Oleh karena itu kami di sini digodog betul-betul selama tiga bulan lebih 10 hari ini untuk menjadi guru yang profesional,” kata Kanari.
Comments are closed