Salatiga – Sinergi yang tinggi antar organisasi masyarakat, tokoh agama dan perguruan tinggi sangat menentukan terwujudnya toleransi di Kota Salatiga. Hal inilah yang mendorong Pemkab Tangerang untuk studi tiru dengan toleransi Salatiga.
Wali Kota Salatiga, Yuliyanto dalam sambutannya mengatakan bahwa kiat membangun Kota Salatiga bukan semata-mata membangun sarana fisik. Dalam RPJMD periode pertama, pasangan Yuliyanto-Muh Haris berupaya mewujudkan pembangunan manusia dari aspek kesehatan, pendidikan dan UMKM yg diistilahkan dengan 3W (Waras, Wasis, Wareg) yang artinya masyarakat Kota Salatiga harus terjamin kesehatan, pendidikan dan ekonominya.
“Hasil nyata dari prioritas pembangunan tersebut bisa dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Salatiga yang menempati peringkat tertinggi kedua, juga dari angka kemiskinan yang menempati peringkat terendah kedua di Jawa Tengah,” tegas Yuliyanto. saat menerima Kunjungan Kerja Pemkab Tangerang dan FKUB Kabupaten Tangerang pada Rabu (25/11/2020),
Di akhir masa bakti periode kedua, lanjut Yuliyanto, Pemkot Salatiga mulai memfokuskan pada penataan wajah kota dengan membangun pedestrian, taman, gedung olahraga dan sarana umum lainnya, termasuk mengentaskan beberapa lingkungan kumuh menjadi lingkungan yang bersih dan asri.
“Bahkan, Kota Salatiga telah mendapat penghargaan sebagai kota dengan lingkungan ramah anak dari Kementerian PPPA. Sedangkan di bidang olahraga, Kota Salatiga yang berpenduduk kecil ini selalu masuk di 5 besar,” jelas Yuliyanto.
Asisten I Sekda Kabupaten Tangerang Dr. H. Heri Haryanto, M.Si, selaku ketua rombongan, didampingi Ketua FKUB Kabupaten Tangerang, KH Masqi, menuturkan bahwa Kabupaten Tangerang memiliki 3,7 juta penduduk yang heterogen dari berbagai etnis (Jawa, Sunda Banten, Betawi, Tionghoa dan migran). Karena masih tingginya intensitas perbedaan persepsi antar kelompok dan suku, serta perkembangan keagamaan di daerahnya, maka Kabupaten Tangerang bermaksud melakukan studi tiru ke kota yang berpredikat sebagai Kota Tertoleran di Indonesia ini.
“Kami merasa perlu belajar ke Kota Salatiga yang tingkat heterogenitasnya cukup tinggi, tapi sangat toleran dan adem ayem. Untuk itu hari ini Kabupaten Tangerang merasa perlu untuk belajar dan mencontoh Kota Salatiga”, terang Heri.
Comments are closed