Bagikan

Balaikota – Predikat kota toleran kembali diraih kota Salatiga untuk ketiga kalinya dari Setara Institute.  Kota Salatiga berada di posisi kedua setelah kota Singkawang yang berada di posisi teratas kota tertoleran di Indonesia.

Setara Institute for Democracy and Peace sebelumnya telah menyerahkan dua sertifikat kota toleran secara berturut-turut yakni untuk peringkat dua toleran di 2015 dan peringkat tiga di 2017. Tahun ini kota Salatiga kembali mendapatkan predikat tersebut dan menduduki di posisi kedua se-Indonesia. Penghargaan kota toleran 2018 diserahkan langsung oleh Wakil Walikota Muh Haris SS MSi kepada Sekda Kota Salatiga Drs Fakruroji saat pelaksanaan apel di halaman Pemkot Salatiga, Senin (10/12).

“ Berbeda dengan penghargaan sebelumnya, kalau dulu peringkat itu disusun berdasarkan abjad urutan nama-nama. Namun sekarang ada pembobotan dan penilaian yang bersifat kuantitatif karena disitu ada angka dan skornya.  Alhamdulillah kita mendapatkan nomor dua sebagai kota tertoleran dari Setara Institute dari sekian ratus  kota di Indonesia, “ Ungkap Muh Haris. Menurutnya, penghargaan ini sangat membanggakan bagi kota Salatiga. Ini berkat dukungan dari semua pihak yakni dari lintas agama maupun masyarakat kota Salatiga yang mampu menjaga kota ini sebagai kota toleran. Di Salatiga sendiri, sikap dan perhatian masyarakatpun masih sangat baik dalam hal berinteraksi, bermasyarakat, dan dalam bertoleransi beragama.

“ Saya himbau agar kita mampu mengamalkan agama kita masing-masing dengan baik, Ini merupakan ihtiar kita bersama dalam menjaga kota ini sebagai kota toleran. Sehingga predikat ini bisa  kita  pertahankan,” Tuturnya.

Sementara itu, Orang nomor satu di Kota Salatiga, Yuliyanto SE MM  saat ditemui ditempat terpisah menyatakan bahwa dirinya sangat mengapresiasi masyarakat kota Salatiga. Menurutnya, Dirinya selalu mengajak masyarakat untuk  sadar akan hidup berdampingan, rukun dan damai. Sehingga rasa toleransi ini akan tetap tumbuh dan dapat dipertahankan terus.

“ Apa yang sudah kita dapatkan harus kita pertahankan. Karena itu tidak terlepas dari wasis, wareg dan waras. Kalau rakyatnya wareg tentunya tidak akan mudah bergejolak. Kuncinya yakni jangan  mudah di bujuk, terus tingkatkan rasa kebersamaan, kegotongroyongan, asah asih asuh dan  saling mencintai,” Ungkapnya.

 

Categories:

Comments are closed